Underneath the moonlight
Perjalanan yang lumayan panjang membuat tubuh Jaemin berteriak meminta untuk direbahkan. Setelah sampai di villa, Jaemin langsung melemparkan dirinya ke ranjang. Ia sempat tertidur selama beberapa menit hingga tersadar belum mengganti pakaiannya sama sekali.
Tanpa berniat mencari pemilik villa yang entah hilang kemana, Jaemin bergegas mandi. Tak lama, ia keluar dengan hoodie kebesaran yang membungkus tubuhnya. Tubuh yang menggigil itu lantas menyusup ke dalam selimut tebal.
Merasakan ponselnya bergetar, Jaemin meraih benda persegi panjang tersebut. Senyumnya mengembang tatkala melihat sebuah notifikasi singkat.
“Sini, ke taman.”
Rasa lelah yang menggerogotinya kini hilang entah kemana, mungkin menguap bersama angin malam yang menggelitiki permukaan kulit. Sedikit tergesa, kaki jenjang itu berjalan menuju taman kecil yang sudah terlihat di depan mata.
Gelap
Senyum yang menghiasi wajah cantik itu pudar, digantikan oleh ekspresi terkejut. Kemudian, lampu taman kembali menyala. Hazelnya membola ketika melihat sebuah panggung sederhana tak jauh di depannya.
Di sana, terdapat Jeno yang tengah tersenyum dengan gitar dalam pangkuan.
“Hai?” sapa Jeno.
Jaemin terkekeh pelan. Sedikit tersipu ketika melihat Jeno tersenyum hingga matanya bagai bulan sabit.
Jeno mulai memetik senar gitarnya. Ia kembali tersenyum pada Jaemin sebelum bernyanyi.
[paris in the rain by lauv (acoustic ver) https://youtu.be/gSzSNCW-H_0]
“All I know is (ooh ooh ooh) We could go anywhere, we could do Anything, boy, whatever the mood we're in Yeah all I know is (ooh ooh ooh) Getting lost late at night, under stars Finding love standing right where we are, your lips
They pull me in the moment You and I alone and People may be watching, I don't mind
Cause anywhere with you feels right Anywhere with you feels like Paris in the rain Paris in the rain We don't need a fancy town Or bottles that we can't pronounce 'Cause anywhere, babe Is like Paris in the rain When I'm with you ooh ooh ooh When I'm with you ooh ooh ooh Paris in the rain Paris in the rain
I look at you now and I want this forever I might not deserve it but there's nothing better Don't know how I ever did it all without you My heart is about to, about to jump out of my chest Feelings they come and they go, that they do Feelings they come and they go, not with you
The late nights And the street lights And the people Look at me boy And the whole world could stop
Anywhere with you feels right Anywhere with you feels like Paris in the rain Paris in the rain We don't need a fancy town Or bottles that we can't pronounce 'Cause anywhere, babe Is like Paris in the rain When I'm with you ooh ooh When I'm with you ooh ooh Paris in the rain Paris in the rain
Oh Boy, when I'm not with you All I do is miss you So come and set the mood right Underneath the moonlight (Days in Paris Nights in Paris) Paint you with my eyes closed Wonder where the time goes (Yeah, isn't it obvious? Isn't it obvious?) So come and set the mood right Underneath the moonlight
'Cause anywhere with you feels right Anywhere with you feels like Paris in the rain Paris in the rain Walking down an empty street Puddles underneath our feet”
Setelah menyelesaikan nyanyiannya, Jeno menyimpan gitar miliknya dengan hati-hati. Ia turun dari panggung, lalu berjalan mendekat ke arah Jaemin yang masih terdiam.
Ketika ujung sepatu keduanya saling menempel, tangan kanan Jeno terulur untuk mengusap pipi yang sekarang lebih berisi.
“I thought I’m already yours,” bisik Jaemin.
Jeno terkekeh, lalu berbalik. Melihat kembali tulisan “Be mine?” di sebuah layar LED yang disimpan di atas panggung.
”Not yet. I’ve never asked you officially.” Pandangan mata Jeno tertuju pada sepasang hazel favoritnya.
“Na Jaemin, would you be mine? Listen, I won’t force you to do this, but if i get rejected again this time, I don’t know… maybe I will cry until you say yes.”
Tawa Jaemin pecah, ia kemudian melingkarkan tangannya ke leher Jeno. Senyumnya kembali mengembang.
“Yes. I’d like to do it with you. I wanna be with you for an infinite times.”
Jaemin mendekatkan wajahnya. Menghapus jarak di antara mereka.
“By the way, I fucking love it when you did the rap part. That’s so sexy.”
“I know it, Love.”
Entah siapa yang memulai, kedua bibir itu kini saling menempel. Sebuah ciuman lembut yang penuh perasaan hingga mereka tersenyum di sela tautannya.
Sebuah suara kembang api muncul tepat ketika tautan mereka terlepas. Jaemin mengerjapkan matanya sebelum mendongak. Kemudian ia dikagetkan dengan keberadaan sosok-sosok familiar di belakang Jeno. Di sana, ia menemukan teman-temannya juga teman Jeno yang tersenyum penuh arti.
Jaemin tak bisa menahan senyuman lebarnya, selama ini ia di kelilingi banyak orang yang menyayanginya. Lantas, mengapa ia begitu takut ditinggalkan?
Nyatanya, mereka tak pernah sekalipun meninggalkan Jaemin.