Small talk

Jaemin hanya memandang cup americano-nya dengan canggung. Di antara hiruk piruk kafe ternama, kedua orang yang tengah duduk berhadapan tak berniat untuk menghangatkan suasana hanya dengan sekadar saling menyapa. Entah sudah berapa lama Jaemin merasakan tatapan tajam yang diberikan sosok di hadapannya.

Keduanya seolah tengah berlomba berdiam diri, di mana yang pertama membuka suaralah yang kalah.

“Apa gue perlu ngenalin diri?”

Sontak, Jaemin duduk dengan tegak. Digigit bibir bawahnya dengan keras, sebelum memaksakan sebuah senyuman.

“Engga usah, aku masih inget.”

Pertanyaan itu, Jaemin sangat tahu akan dibawa kemana obrolan mereka berlanjut.

Right? Aneh banget kalau lo ga inget satu-satunya mantan Jeno.”

Tepat sasaran. Jaemin hanya tersenyum kikuk, lantas kembali menatap cup americano yang masih penuh.

“Kebetulan banget kita bisa ketemu di sini. Lo abis dari kantor Jeno? Tadi gue juga dari sana and we talked a lot of things.”

Jun Sora. Sosok cantik yang tengah memandang Jaemin penuh intimidasi itu tersenyum tipis.

“Gue ga tau kenapa Jeno suka sama lo.”

Seharusnya Jaemin tidak usah membeli americano. Jika tahu akan seperti ini, ia rela berdiam diri dengan Hendery walaupun tangannya bau terasi.

Di sisi lain, Sora memberikan tatapan menilai. Matanya menatap Jaemin dari ujung kaki hingga kepala.

“Yang paling penting,” ucap Sora menggantung, membuat Jaemin menggigit bagian dalam pipinya.

“Lo tepos.”

Melihat pandangan mata Jaemin yang kosong, Sora mengangkat bahunya. Perempuan 24 tahun itu menyenderkan bahunya di kepala kursi. Matanya menatap langit-langit kafe seolah pikirannya tengah berkelana jauh.

“Empat belas tahun? Gue ga ngerti kenapa Jeno nungguin lo selama itu. Walaupun akhirnya dia sempet nyerah dan jadiin gue pelarian.”

You wanna know something funny? Katanya dia suka gue karena mirip lo. Like, damn. This Lee Jeno has no mercy on me.”

Sora mengalihkan atensinya, mendapati Jaemin yang masing tak bergeming.

“Lo mau buat Jeno nunggu berapa lama? Kalau lo emang ga mau, tinggalin. Bukan main rumah-rumahan ga jelas dan ngasih harapan ke Jeno.”

“Gue ga tau hal apa yang pernah lo alamin dan gue ga mau tau. Tapi lo sadar ga sih seberapa sering lo nyakitin Jeno? Apa lo pernah mikirin perjuangan Jeno? Gue rasa engga.”

“Kalau lo masih mau bikin Jeno nunggu, sebulan aja, gue bakal ambil Jeno. I’ll give him the love that you never gave.

Setelah itu, Sora menyeruput latte-nya. Memberikan tatapan dingin pada Jaemin sebelum beranjak pergi.

“Pathetic.”

Meninggalkan Jaemin yang masih termangu.