Perihal Kucing Lapar
Kepala Jose menyembul di balik pintu guna memeriksa keadaan sekitar. Merasa tidak menemukan eksistensi Aby, sosok yang membawa kucing dalam gendongan berjalan keluar. Netranya sibuk berkelana, memastikan jika tak ada tanda-tanda keberadaan siapapun selain dirinya di sana
Tungkai kaki Jose melangkah terburu-buru menuju lobi. Ia takut presensinya diketahui oleh Aby, meskipun hatinya sangat menginginkan untuk bertemu sosok yang sering bersemayam di benaknya itu. Jose menepis keinginannya untuk bertemu Aby, saat ini, ia harus berusaha menghindari Aby, bagaimanapun caranya.
“Mocca, lu gak laper apa? Dari tadi perasaan tidur mulu,” tanya Jose pada kucing dalam gendongannya yang ia namai sendiri tanpa persetujuan sang pemilik.
“Meow.” Kucing yang kini tengah dielus oleh Jose memberikan respons.
“Oh iya, lu kan udah ngabisin stok sosis kanzler gua.” Jose masih sibuk berceloteh, wajahnya tertunduk untuk melihat Mocca.
Jemari Jose sibuk mengelus dagu Mocca, membuat kucing kecil itu memejamkan mata.
“Abis ini kita makan,” ujar Jose sebelum mendongakkan kepala.
Perlu beberapa detik bagi Jose untuk mencerna kejadian yang sedang menimpanya. Ketika semua pandangan mata tertuju pada dirinya, Jose membeku di tempat.
Sejak kapan lobi menjadi seramai ini?
Pandangan Jose tertuju pada satu sosok yang paling menarik atensinya. Tatkala manik mata mereka bertemu, Jose kembali dibawa untuk mengingat kecupan singkat yang diberikan oleh Aby. Bagaimana bibir Aby menyentuh bibirnya, kemudian memberikan gigitan kecil di sana.
“DOMBA MINI!!!!!” Teriakan yang menggema memecahkan lamunan Jose.
“Gua kira Domba Mini udah mati.” Salah satu dari kumpulan orang yang berada di lobi terlihat seperti habis menangis. Tentu saja itu Azriel yang sangat dramatis.
Sosok jangkung dengan mata sembab berjalan ke arah Jose. “Kak Jose kenapa gak bilang kalau Domba Mini ketemu?” tanya Azriel parau.
“Ini rame begini buat nyariin Mocca?” Jose balik bertanya, masih sedikit linglung.
“Kasih makan sana.” Suara Aby yang tertangkap oleh indera pendengarannya membuat Jose bergerak kaku saat Azriel mengambil Mocca dalam gendongannya.
Apa yang harus Jose lakukan sekarang? Kakinya sudah siap untuk berlari, namun perutnya tengah melayangkan aksi demo besar-besaran hingga terdengar bunyi yang memalukan.
“Kucing yang satu ini juga laper ternyata,” celetuk Aby yang menciptakan rona merah yang menjalar di pipi Jose hingga ke telinga.
Jose malu setengah mati. Bibir bawahnya menjadi korban atas rasa malu Jose, digigit sekencang mungkin dengan tujuan menghapus sedikit rasa malu yang menimpanya.
“Mau makan apa?” Aby bertanya seraya meraih dagu Jose, mengangkat wajah yang sibuk tertunduk untuk mempertemukan netra mereka.
“Are you edible?” tanya Jose, pandangan matanya turun ke bawah, tepat pada bibir Aby.
Detik berikutnya, Aby mendekatkan wajah, memperpendek jarak di antara mereka. “I guess so, wanna try?” bisik Aby.
“Tapi kali ini jangan ditampar,” lanjut Aby sembari menjauhkan wajahnya.
Senyuman manis terpatri di wajah Aby hingga matanya ikut membentuk lengkungan bulan sabit.
“Makan dulu makanan beneran. We can talk about it later,” titahnya sebelum menarik tangan Jose.