Iel likes bad boy
“Dek, jangan ini ih! Ganti filmnya.”
Raje yang baru kembali dari dapur langsung merebut remot di tangan Cainan. Membuat sosok yang lebih muda setahun darinya protes tak terima.
“Kak Raje kenapa dipindahin?!”
Berakhir lah kedua saudara itu berebut remot. Jaziel yang duduk di karpet seraya mengerjakan tugas matematika milik Raje sama sekali tak peduli. Sudah biasa disuguhkan keribuat kakak-adik itu.
Ketika suasana kediaman keluarga Finnegan (Raje-Cainan) kembali kondusif setelah sang adik kalah. Kemudian Cainan menghampiri Jaziel. Merebahkan dirinya di karpet dengan paha Jaziel sebagai bantalan kepala.
Sedangkan kakaknya duduk di sofa kini sibuk memakan biskuit.
“Dek, Jaziel lagi suka sama orang tau,” ucap Raje tiba-tiba.
Cainan yang mendengar itu langsung terbangun. Kedua matanya melotot tak percaya.
“Is it a girl or a boy?” tanya Cainan.
Ngomong-ngomong, Cainan tidak bersekolah bersama Raje dan Jaziel. Ia menempuh pendidikannya di sekolah internasional. Karena ya, dari kecil sudah langganan sekolah di sana. Sebenarnya Raje dan Cainan itu bukan saudara kandung. Ibu Raje menikah dengan ayah Cainan 4 tahun yang lalu. Itu alasan kenapa keduanya bersekolah di tempat yang berbeda. Cainan sudah betah di sekolah internasional, sedangkan Raje tidak suka menggunakan bahasa inggris setiap saat.
Kembali ke percakapan kedua saudara yang sedang bergibah tentang Jaziel.
“A boy and you know what? It’s not just a boy. He’s a bad boy.” Raje menyimpitkan matanya, segaja agar menambah kesan julid.
“It’s not just a boy? It’s a bad boy?” ulang Cainan tak percaya.
Cainan melolot ke arah Jazeil. Sedangkan sosok yang menjadi buah bibir masih berkutat dengan aktivitasnya. Anak bungsu itu kemudian mendekat ke arah Jaziel.
“OH MY GOD! KAK IEL IS A GAY!”
“You’re a gay! Omg! I know it!”
Masih dengan ekspresi tak percayanya, Cainan menatap Raje yang santai menonton tv. Seolah ucapannya tak menimbulkan keributan.
“So both of you are gay?” tanya Cainan.
“I have two gays brothers? Wait, no! I have two gays brothers and one gay baby!”
Raje yang tadi asik menonton tv kini mengalihkan pandangannya. Memberikan tatapan bingung kepada sang adik.
“One gay baby? Siapa?”
“Bolu! My new ball, basketball.”
“Jelek banget namanya Bolu.”
“Better than your ugly face.”
“ADEK!”
Melihat Raje yang sudah siap melemparkan bantal sofa, Cainan lantas berlindung di balik meja.
“Wait, wait, wait.” Cainan kembali keluar dari tempat persembunyiannya.
Matanya kini menatap Jaziel skeptis.
“Kak Iel, i thought you were a top.”
Bugh
Raje melempar bantal sofa tepat di wajah Cainan.
“Lo kalau ngomong gitu ke orang lain udah cincang kali, dek,” omel Raje pada adiknya.
Cainan meringgis kesakitan seraya mencebikkan bibir.
“I’m just being curious, okay? I thought kak Iel was a dominant but he’s into a bad boy. Does it mean he’s a bottom?”
Plak
“Fuck! That’s hurt!” seru Cainan ketika kepalanya dipukul oleh Raje menggunakan remot.
“Arielle!”
“I’m just asking!”
Kakak-adik itu kini saling melotot satu sama lain. Sebelum Raje menghela napas dan merebahkan punggungnya pada sofa.
“Emang kalau gay suka bad boy jadi pihak bawah gitu? Harus banget? Ada hukumnya? Apa yang keliatan sangar harus jadi top terus?” cecar Raje.
“Enggak sih, cuman di wattpad yang aku baca gitu terus,” jawab Cainan polos.
Raje hanya mendengus, tak berniat untuk kembali bersuara.
“So, kak Iel, i need your clarification.” Cainan kini menghadap Jaziel.
Menatap sosok itu dengan serius. Sedangkan yang ditatap masih fokus pada kegiatannya. Baru setelah kegiatannya itu selesai, Jaziel menyimpan penanya dan menoleh pada Cainan.
“Well, it’s just sex position. There’s no a top or a bottom unless in bed. And yes being less masculine than your partner doesn’t always mean that you’re a bottom. Someone who looks pretty and feminine doesn’t mean he or she is a bottom. It’s just a sort of stereotype in society, i think? Lagian harus banget ada top sama bot? They can be versatile if they want. But if you ask me my position in bed, then it's a top,” jelas Jaziel.
“Buset, tinggal ngomong ‘gue pihak atas’ aja panjang bener.” Raje menanggapi seraya berdecih.
Jaziel menganggkat bahunya tak acuh. Sebelum mendapat tanggapan dari Cainan, ia bangkit dari posisi duduknya. Pergi keluar begitu saja dari rumah keluarga Finnegan.
Perlu beberapa detik hingga terdengar teriakan Raje yang menggelegar.
“LOH?! IEL LO BENERAN SUKA SAMA NATHA?!”
Namun percuma, orangnya sudah keburu pergi.