Hari Sial Jose Yang Lain, Bertemu Dengan Bella
Terima kasih kepada ayam sialan yang telah membangunkan Jose. Di pagi hari yang tidak indah ini, Jose terlalu bersemangat untuk memarahi ayam yang berkokok, hingga ia menunjukkan wajah bantalnya pada Aby.
Jose memberikan pandangan mata yang menusuk untuk seekor ayam berwarna putih yang juga tengah menatapnya.
“Misi.”
Tubuh Jose yang dibalut hoodie kebesaran dan celana piyama melompat kaget. Ia menoleh ke belakang, menemukan sosok lain yang tak dikenal. Jose menduga jika sosok tersebut adalah salah satu pegawai vila.
“Jangan ngehalangin jalan dong.” Itu Aby yang sedaritadi sibuk dengan Elizabeth.
Dongkol. Jangan tanya suasana Jose saat ini. Semua orang dan semua makhluk agaknya suka membuat Jose badmood.
“Elizabeth mau disembelih?” Jose bertanyaan dengan alis yang bertaut.
Tentu saja Jose heran. Pasalnya, kuda putih yang kemarin baru dimandikan kini tengah disuntik oleh Aby.
“Lagi diobatin. Bang Gyan itu sebenernya dokter hewan gadungan.” Entah datang dari mana, Azriel sudah berada di samping Jose.
Mendengar informasi tersebut, Jose tiba-tiba batuk kencang. Wajah yang siap untuk menerkam seekor ayam digantikan oleh ekspresi lesu. Bahunya melorot turun.
“Uhuk, uhuk. Kayaknya gua sakit,” dusta Jose.
Tolong ingatkan Jose bahwa ia adalah manusia, bukan hewan sejenis Elizabeth.
Sosok yang berada di sampingnya tentu panik. Azriel sudah menduga jika Jose akan masuk angin atau terkena flu akibat diguyur oleh Aby kemarin.
“Termo yang itu,” ujar Aby pada lelaki misterius lain yang belum Jose ketahui namanya.
Melihat Aby berjalan mendekat, Jose semakin mendramatisir suasana. Suara batuknya semakin kencang.
“Uhuk, uhuk. Kayaknya gua demam gara-gara kemarin—“
Bunyi dari termometer yang ditempelkan di telinga terdengar. Jose lantas mengejapkan mata ketika Aby menunjukkan suhu tubuhnya.
36.8
Ekspresi datar yang diberikan Aby diinterpretasikan sebagai cemoohan oleh Jose.
“Lu sakit jiwa kali.”
Jika Jose mencium bibir Aby, mungkin bibir tipis yang terlihat seksi itu akan terasa pedas.
“Sembarangan!” seru Azriel sebagai suporter Jose.
Wajah Jose yang masih belum bertemu dengan air segar tertekuk. Suasana hatinya benar-benar buruk. Ia kembali menatap ayam yang masih tak bergeming di tempat, pandangan matanya tak terlepas dari Jose.
“Ini namanya siapa?” tanya Jose pada Azriel, tak menghiraukan Aby yang kembali sibuk dengan Elizabeth.
“Semua nama ayam di sini dinamain Bella.”
“Emang ada berapa biji ayamnya?”
“Banyak, mungkin 20? Lebih? 30?” Azriel terlihat menghitung 10 jarinya.
“Gimana cara ngebedain Bella satu sama Bella dua?”
Ada jeda, sebelum Azriel menjawab. “Dari kelakuannya. Ada yang introvert, ada yang suka terbang, oh! ini yang paling nyebelin. Bella Pacok namanya. Dia suka matuk kaki orang sebarangan.”
Jose mengangguk paham. Semoga ia tak dipertemukan dengan Bella Pacok. Ia tak ingin kakinya menjadi korban patuk ayam.
“Bella Pacok itu ciri-cirinya gimana?” Jose bertanya dengan manik mata yang mengamati ayam di hadapannya.
Kerutan tipis hadir di kening Jose tatkala melihat ayam tersebut melangkah mendekat.
“Dia suka ngelihatin orang yang mau dia patuk, terus gak lama nyamperin.”
Lagi-lagi Jose mengangguk, netranya masih terfokus pada seekor ayam.
“Terus abis gitu tuk matuk deh dia.”
Tak lama, teriakan Jose yang nyaring menggelegar. Berhasil mengusir burung-burung kecil yang berada di pohon.
Buruk sekali. Hari Jose benar-benar buruk hingga ia ingin pulang detik itu juga. Kakinya berdarah akibat ayam sialan yang tiba-tiba mematuk. Walau darah yang keluar hanya setitik.
Amarah yang mengebu-ngebu membuat Jose memiliki niat untuk memanggang Bella Pacok setelah lukanya sembuh.
“Cuman gini doang nangis.”
“Cuman?!” sungut Jose pada Aby yang tengah menempelkan plester di kakinya.
“Lu gak ada hak bilang ’cuman’ ke gua! Lagian gua gak nangis!”
Kini, Jose berada di dalam kamarnya. Duduk di pinggiran kasur. Sedangkan Aby, berjongkok tepat di hadapan Jose. Jika saja Jose tidak kesal, ia mungkin tengah berteriak kegirangan saat ini akibat posisi mereka yang terlihat seperti Jose sedang dilamar oleh Aby.
Bibir Jose mengerucut. Dalam benaknya, ia sudah merencakan aksi pembunuhan ayam bernama Bella itu. Lihat saja pembalasannya.
Sepasang netra yang memancarkan amarah membulat tatkala melihat Aby yang berancang pergi.
“Tunggu!” seru Jose, meski ia sendiri tidak tahu ingin berkata apa pada Aby.
Jose hanya ingin sedikit lebih lama berdua bersama Aby.
“Kenapa?”
Benak Jose mendadak kosong, tepat ketika Aby menatapnya. Jose dapat merasakan dadanya menjadi sesak akibat detak jantung yang menggila.
“Minta nomor Azriel.”
Tak ada yang dapat Jose pikirkan selain kalimat yang baru saja terucap dari mulutnya.