𝐬𝐧𝐞𝐚𝐀 𝐩𝐞𝐞𝐀 β€” πŸ”ž

Bibir tipis itu mengeluarkan embusan yang tak teratur. Napasnya terengah dengan manik menatap nyalang sepasang obsidian sekelam laut malam. Rasa panas menjalar di setiap permukaan kulit dan pompaan jantung yang menggila membuat semburat kemerahan di wajahnya semakin terlihat jelas. Entah bagaimana, tubuhnya berhasil dipojokkan dengan kedua tangan kekar yang mengungkungnya.

β€œAku bertanya, omega murahan mana yang tidak mengambil jatah liburnya pada masa heat?”

Sebuah seringaian tipis itu, sudah dipastikan Jaemin akan mencabiknya. Sialnya, hormon-hormon di tubuhnya menganggu kinerja pada setiap ujung saraf hingga kerangkanya sulit digerakkan.

β€œMenjadi seorang beta sudah cukup merendahkan harga dirimu yang setinggi langit dan ternyata selama ini kau seorang omega?”

Jaemin menggertakan giginya. Hanya tersisa setitik sumbu yang belum terbakar api emosi. Wajahnya kian memerah dan tubuhnya mulai menggigil. Tubuh yang dibungkus oleh hoodie membuatnya dibanjiri oleh keringatnya sendiri. Dengan kesadaran yang masih tersisa, Jaemin menahan hasratnya yang mulai menggila ketika aroma tubuh Jeno tercium menusuk indera penciumannya.

β€œNa Jaemin,” panggil Jeno dengan suara yang rendah. Mengembuskan napasnya tepat di sebelah telinga Jaemin, membuat rambut-rambut halus di sekitar tubuhnya meremang.

Sengaja memainkan napasnya di sana, menabrak kulit halus itu untuk bermain-main, menghirup aroma pheromone yang memabukkan, dan Jaemin, sulit untuk mengontrol tubuhnya yang semakin bergetar hebat.

β€œLee Jeno!”

Seruannya tak dianggap sebagai peringatan, membuat kedua tangan Jaemin terkepal hingga memucat. Dengan tenaga yang tersisa, ia menganggkat kedua lengannya, mendorong tubuh tegap Jeno. Belum sempat memberikan tekanan yang kuat sehingga berhasil menjauhkan kedua tubuh yang menempel intim, Jaemin tersentak tatkala merasakan benda basah menempel di telinga kanannya.

Kali ini, kinerja otaknya ikut berhenti ketika bagian paling sensitif di tubuhnya disentuh oleh benda kenyal yang mematikan semua ujung persarafan. Oh, atau hanya mata dan mulutnya yang dapat bekerja, juga jari-jari lentiknya yang meremas kemeja sang pelaku.

Tak bisa tertahan, sebuah lenguhan berhasil lolos dari mulut kecil itu. Membuat Jeno semakin gencar memainkan lidahnya dan memberikan gigitan-gigitan kecil.

β€œJenh, ahh! Berhenti, brengsek!”

Jeno menjauhkan wajahnya. Menatap Jaemin dengan tatapan yang mengejek. Seringaiannya tak pernah luntur, justru semakin melebar. Bangga dengan hasil perbuatannya yang mampu melumpuhkan Jaemin dengan mudah.

Di depannya, seorang Jaemin yang biasa menatapnya dengan tatapan merendahkan sedang tak berdaya. Rambut cokelat kemaduannya berantakan dengan poni yang dibasagu oleh keringat. Jangan lupakan wajah semerah buah tomat yang matang, siap untuk makan, membuat Jeno menggeram rendah.

Membayangkan bagaimana rasanya setiap inchi tubuh dengan aroma semanis nilam dengan campuran vanilla, marshmallow, dan sedikit bunga orange blossom. Kulit putih bersih itu tampak berteriak meminta untuk diciptakan ruam merah di sana. Namun, pandangan mata Jeno tertuju pada bibir semerah buah ceri di musim semi.

β€œJangan mendekat!” pekik Jaemin waspada.

Lagi-lagi Jeno tidak bergeming. Terus menghapus jarak di antara kedua wajah. Insting sebagai seorang alpha mengebu meminta untuk menyantap hidangan manis di hadapannya. Jangan salahkan Jeno jika tidak ia bisa berhenti.

β€œNa Jaemin, apa yang harus aku lakukan?”

Mata Jeno yang menggelap menatap lurus bibir Jaemin, membuat sang empunya menelan ludahnya kasar. Keduanya, secara alamiah menginginkan untuk mating. Namun, Jaemin masih waras untuk tidak mating dengan musuhnya sendiri. Tak akan pernah atau harga dirinya yang hancur.

Jaemin mengatupkan bibirnya. Tak membiarkan Jeno untuk melakukan lebih dari sekadar menempelkan bibir, melumat permukaannya tanpa berhasil mengekspos mulutnya atau berperang lidah. Jaemin tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Sayangnya, lumatan dan gigitan kecil yang diberikan oleh Jeno membuat tubuhnya lemas dan tidak bisa mengontrol lenguhan yang keluar. Jika tangan Jeno tidak melingkar pada pinggangnya, Jaemin bisa merosot jatuh ke bawah. Terdengar gila, namun ia menyukai setiap sentuhan yang diberikan Jeno sehingga membiarkan lidah sang alpha masuk ke dalam mulutnya. Mengabsen deratan gigi Jaemin, bermain-main di sana sehingga kewarasannya benar-benar hilang.

β€œMmmh.”

Dalam hati, Jaemin hanya bisa berdoa agar seseorang memasuki toilet yang sedang mereka tempati sehingga Jeno melepaskan tautan mereka. Sisa kewarasannya ingin demikian, namun sebagiannya yang jauh lebih besar dengan senang hati menikmati lidah Jeno yang menggelitiki langit-langit mulutnya.

Jaemin kembali tersentak merasakan sebuah benda lain yang terasa hangat masuk ke dalam hoodienya. Double sial, bagaimana bisa hari ini ia tidak memakai sesuatu untuk dijadikan sebagai dalaman. Jemari-jemari Jeno tanpa permisi mengusap permukaan kulit perut Jaemin, memberikan sensasi yang menyengat.

Napas Jaemin tercekat ketika pasokan udara dalam paru-parunya menipis. Tangannya menepuk pelan dada Jeno hingga tautan mereka terlepas, menyisakan sebuah benang saliva. Keduanya saling terengah dan bertatapan. Jeno mengusap sisa saliva mereka yang meninggalkan jejak di bibir ranum sang omega.

β€œJaemin,” panggil Jeno, entah mengapa suara itu terdengar jauh lebih rendah dari sebelumnya.

Terdapat jeda yang menciptakan keheningan menyelimuti mereka. Hanya terdengar deruan napas yang saling beradu. Sebelum Jeno kembali mendekatkan dirinya.

β€œAku menginginkanmu.”

Ucapan itu mutlak dan Jaemin tidak bisa mengelak. Bagaimana pun, ia tidak bisa melarikan diri. Bahkan ketika bibir keduanya saling menempel kembali, tangannya melingkar pada leher Jeno. Masa bodoh dengan harga dirinya yang terinjak, ia hanya ingin menikmati setiap sentuhan yang membuat akal sehatnya menghilang.

...

Entah sudah berapa lama Jaemin berada di bawah kungkungan Jeno hingga peluh bercucuran. Lagi-lagi ia tidak ingat bagaimana caranya mereka berada di sebuah ranjang besar nan nyaman. Jemarinya bergerak tak karuan mengacak surai hitam Jeno.

β€œAhnn, Jenh, ahh!”

Di atasnya, Jeno terus bergerak menusuk lubang analnya, memberikan tekanan pada prostatnya sehingga sang omega terus mendesah.

β€œJenhh, ahh! Aku keluarh ahh!”

Jeno bergerak lebih cepat di atasnya seraya terus memberikan tanda di leher Jaemin. Aroma tubuh mereka sudah bercampur menjadi satu, kulit yang saling bergesekkan dan bunyi yang basah hasil persatuan mereka membuat suhu ruangan terasa begitu panas. Jaemin tidak bisa menahan pekikannya ketika pelepasannya datang. Tubuhnya bergetar dan ia merasa sangat lemas. Perlahan, kedua matanya tertutup.

...

Basah.

Bau sperma.

Jaemin membelakkan matanya. Tubuh kurusnya beranjak duduk sebelum berhasil mengumpulkan nyawa dengan penuh, membuat kepalanya terasa sedikit pening.

β€œSial!”

Mimpi sialan itu kembali datang. Hampir setiap hari, yang artinya hampir setiap hari juga ia harus mengganti seprai ranjangnya. Dengan wajah yang cemberut dan emosi yang terkumpul, ia melepas pakaiannya. Berlari seraya menghentakan kedua kaki menuju kamar mandi.

Jaemin menghela napasnya panjang tatkala melihat pantulan dirinya di cermin. Begitu berantakan. Ia menjambak surainya frustasi sebelum menatap kembali pantulannya sendiri dengan tatapan menusuk. Di selangka sebelah kirinya terdapat tanda mate dengan gambar naga dan bulan sabit. Tanda itu, sama seperti yang dimiliki oleh seseorang yang ia benci.

β€œLee Jeno sialan!”

udah dipublish ke wattpad meng judulnya untie the knot unamenya @littlelamb__ sp tw mw baca